BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Friday, October 2, 2009

Panorama tentang Dunia Filsafat


Kajian ihwal filsafat menjadi perdebatan paling mengasyikkan dalam pergolakan batin manusia tentang eksistensi diri. Berfilsafat akan mengantarkan manusia kepada hakekat hidup yang paling substantif dan esensial. Tak salah kalau Plato mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan hakiki. Makanya, berfilsafat merupakan upaya penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada. Semua itu akan mengantarkan kepada kebijaksanaan (sophia/wisdom).

Buku yang bertajuk “The Story of Philosophy” ditulis untuk mengantarkan pembaca pada penjelahan dunia filsafat selama 2.500 tahun, sejak Yunani Kuno hingga hari ini. Pengantar penulis dalam buku ini, pertama-tama, memposisikan manusia sebagai makhluq yang selalu berhasrat ingin tahu. Rasa ingin tahu manusia sudah melekat sejak dilahirkan, dan mulai kelihatan dalam ocehan-ocehan manusia ketika masih kecil dan balita. Rasa ingin tahu manusia semakin kuat tatkala kedewasaan menjadi ajang pergulatan menyaksikan eksistensi yang sedang dipertaruhkan.

Penjelajahan penulis dalam pembacaan kebenaran ditelisik sejak awal mula lahirnya filsafat, yakni pra-Socrates. Mulai dari Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras, Parmenides , Heraklitos, dan Democritos. Pergulatan para filosof tersebut berusaha menyaksikan kebenaran secara tuntas, tanpa harus tersekat doktrin atau tradisi yang membuat ambigu. Mereka dengan penuh pencarian berusaha mengungkap kebenaran sampai pada substansinya yang paling esensial.

Penulis kemudian mengajak pembaca menelanjangi masa keemasan Yunani ditangan Socrates, Aristoteles, dan Plato. Ketiga filosof masyhur ini menjadi tokoh kunci tradisi berfilsafat yang masih berkembang sampai sekarang. Ekspektasi dan eksperimentasi pergulatan kebenaran dan keyakinan yang mereka jejalkan memasuki ruang pergulatan yang sangat sublimatik, sehingga lahirnya gagasan pencerahan yang mereka usung menjadi percaturan yang begitu menggema.

Setelah mengetengahkan masa keemasan tersebut, penulis membedah filsafat abad pertengahan yang yang dihuni kaum skolastik Islam (Arab), Skolastik Kristen, dan skolastik Thomas Aquinas. Sehingga akhirnya menuju kepada babak pencerahan yang diusung oleh Niccolo Machiavelli, Francis Bacon, Blaise Pascal, dan Thomas Hobbes.

Pencerahan semakin menggema tatkala Rene Descartes menggelorakan slogan aku berfikir maka aku ada. Pemikiran Cartesian kemudian menjadi langgam utama modernisme yang diikuti oleh Spinoza, Leibniz, John Locke, David Hume, Karl Mark, dan Nietzsche. Proyek rasionalisme yang diusung oleh kaum modernisme terus bersambut dalam penjelajahan pemikiran yang dilakukan para filosof berikutnya. Termasuk mereka yang berada dalam gerbong filosof kontemporer dan filosof potmodernisme.

Pergulatan yang dipertaruhkan para filosof adalah sebuah ketegangan dan keraguan atas fakta dan realitas yang terjadi. Dari penjabaran yang didedahkan ihwal biografi dan gaya pemikiran para filosof, tercipta sebuah potret pemikiran yang dikembangkan para filosof yang bercirikan berfikir radikal, mencari asas, memburu kebenaran, mencari kejelasan, dan berfikir rasional.

Ciri mendasar pertaruhan filosof dalam mencari kebijaksanaan (wisdom) menjadi stressing utama penulis dalam setiap babakan kehidupan geneologi pemikiran seorang filosof. Dengan berfikir radikal, para filosof melakukan proyek pemikiran yang tidak sembarangan. Mereka mempertaruhkan seluruh kekuatan nalar berfikirnya untuk menggeladah rumah pengetahuan yang digeluti.

Terlepas dari semuanya, para filosof sebenarnya ingin mencari hakekat kebenaran. Dengan kebenaran yang hakiki, filosof mampu memunculkan kebijaksanaan yang menjadi tingkatan tertinggi proses berfilsafat. Setiap kebenaran yang dihasilkan oleh periode tertentu, akan didekontruksi oleh sebuah pencarian kebenaran baru periode tertentu juga. Setiap periode, dengan demikian, selalu menggugat dan menafsir kebenaran sesuai dengan konteks sosiologis jaman yang melingkupinya.

Pergulatan menggapai kebenaran itulah yang terus menghasilkan ragam kebijaksanaan yang selalu digelorakan filosof. Kebenaran yang terus digeluti proses penemuannya diharapkan menghasilkan sebuah keputusan kebenaran yang tidak gegabah, sehingga filosof tidak gampang membabtis sebuah fakta sebagai kebenaran atau kesalahan.

Berproses dalam pencarian kebenaran itulah yang masih menjadi perdebatan panjang para filosof postmodern sekalipun. Bukan berarti para filosof ingin mengajak berfikir abstrak dan mengawang, tetapi mereka ingin mengajak manusia mengetahui secara mendasar hakekat permasalahan sehingga menggapai titik kebenarannya. Buku ini mengajak pembaca bersama filosof menjelajah ruang pencarian yang melintas dari sekian jaman dan waktu. Dengan belajar wajah biografis mereka, pembaca akan menjadi sebuah sketsa yang bisa memantulkan gagasan dan pencarian filosof dengan penuh keseriusan.


0 comments: